Pepatah
Jawa mengatakan “alon-alon asal kelakon” (pelan-pelan, asal sampai tujuan) merupakan sebuah
ungkapan peribahasa yang begitu sakral dan sangat mengena di hati masyarakat
orang jawa.
Tetapi, apakah untuk mencintai
sumber daya alam Indonesia
kita juga harus pelan-pelan. Sementara, sumber daya alam itu bisa saja
hilang bahkan diambil orang. Kita yang setiap hari selalu disibukkan dengan
pekerjaan rumah, kantor, dan aktivitas rutin lainnya yang tidak bisa
ditinggalkan. Tentu, sering lupa bahwa memotret pembangunan Indonesia merupakan
tugas dan kewajiban kita bersama sebagai generasi penerus bangsa.
Mengingat Indonesia adalah sebuah
negara maritim yang terkenal dengan sumber daya alam yang sangat berlimpah
tidak hanya di daratan namun juga di lautan. Di mana wilayah Indonesia yang sebagian
besar adalah laut atau bisa dikatakan luas daratan Indonesia hanya
sepertiga dari lautan dengan presentase 70% lautan dan 30% daratan menjadi
bukti bahwa kekayaan alam Indonesia
begitu luar biasa besarnya, salah satunya yang tersimpan di bawah laut.
Potensi
sumber daya laut Indonesia
saat ini tidak hanya berupa ikan, tetapi juga bahan tambang seperti emas,
minyak bumi, nikel, bauksit, pasir, timah, biji besi, dan lainnya yang berada di bawah permukaan
laut. Ini menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia
adalah bangsa yang kaya akan hasil buminya.
Kekayaan
alam yang dihasilkan dari laut Indonesia
bagian selatan saat ini juga menjadi sorotan potensi sumber daya alam yang
telah membuka mata dunia. Mutiara adalah salah satu kekayaan laut yang
tersimpan dan selama ini jarang terekspos di indonesia.
Sumber : sayyidqutb890.blogspot.com
Kata
“mutiara” sendiri merupakan
permata berbentuk bulat dan keras, yang terbentuk karena adanya benda atau
pasir yang masuk ke dalam tubuh kerang kemudian diselubungi kulit ari dan
terbentuklah mutiara. Sampai
sekarang, saya masih begitu kagum dengan mutiara, meskipun saya belum pernah
memegang mutiara yang sesungguhnya,
mutiara yang benar - benar tercipta asli dari laut dan merupakan butiran
mutiara yang dihasilkan dari kerang.
Bahkan,
banyak dari kita berfikir bahwa mutiara hanyalah suatu benda bulat yang
biasanya dipakai sebagai perhiasan untuk kaum hawa saja, padahal di luar dari
pada itu mutiara adalah kekayaan alam yang begitu mempesona dan tersembunyi di
bawah laut Indonesia
yang mempunyai potensi besar dalam menyumbang devisa negara.
Berbicara
tentang mutiara Indonesia,
memang banyak dari kita yang belum mengetahui bahwa indonesia merupakan salah
satu penghasil mutiara laut selatan terbesar di dunia. Indonesia south sea
pearl merupakan salah satu jenis mutiara yang paling diminati di dunia
internasional. Indonesia sendiri telah memasok 43% ISSP semenjak tahun 2005
dengan nilai perdagangan menempati urutan ke - 9 dunia. Dengan nilai ekspor
sebesar US$ 29,43 juta atau 2,07 persen dari total nilai ekspor seluruh jenis
mutiara di dunia yang mencapai US$ 1,2 milyar, di bawah India, Jepang,
China, Australia, Tahiti, Swiss, USA, dan Inggris.
Untuk
itu, tidak ada kata terlambat bagi kita untuk mengenal dan mencintai mutiara
laut selatan indonesia. Sebab, pepatah
mengatakan tak kenal maka
tak sayang, tak cinta maka tak ingin memiliki. Jadi, memotret pembangunan Indonesia dapat kita
mulai dengan mengenal dan mencintai mutiara laut selatan yang dihasilkan oleh
ibu pertiwi.
Sumber : originalmutiara.com
Tahukah
kalian bahwa mutiara itu dapat terbentuk dengan dua cara: secara alami dan
budidaya.
Secara alami
pembentukan mutiara diduga karena faktor iritan atau masuknya benda padat ke
dalam mantel kerang sehingga benda padat tersebut akan terbungkus nacre yang
merupakan zat unik yang dimiliki kerang berfungsi sebagai pelindung tubuh
biasanya disebut sebagai mother of pearl atau ibu dari kerang.
Secara budidaya
pembentukan mutiara secara buatan dengan cara menyisipkan nukleus bersama
dengan sidikit irisan mantel dari kerang lain yang biasanya disebut dengan nama
saibo, sehingga saibo dan inti nukleus dimasukkan melalui irisan kecil ke dalam
gonad tersebut. Irisan pada dinding mantel ini bertujuan supaya terjadinya
biomineralisasi yaitu penutupan dan pembentukkan kantung mutiara. Cara ini
begitu rumit karena banyak sekali tahapan yang harus dijalani, diantaranya
melemahkan mutiara beberapa minggu untuk memudahkan melakukan tindakan.
Berikut
ini adalah empat jenis mutiara yang paling laris dan memiliki daya tarik tinggi
di pasar internasional.
Mutiara
Laut Selatan (South Sea Pearl)
Banyak
orang menyebutnya sebagai ratu mutiara karena jenis mutiara yang dihasilkan
dari tiram dan bentuknya bulat sempurna. Kilauan yang tinggi dan wajah mutiara
yang bersih. Negara produsen mutiara jenis ini adalah Indonesia, Australia,
Filipina Dan Myanmar. Indonesia
merupakan negara yang paling banyak berkontribusi dalam menghasilkan mutiara
laut selatan di dunia.
Mutiara
Ayoka (Ayoka Pearl)
Budidaya
yang dilakukan oleh kokichi mikimoto ini adalah hasil dari eksperimen yang
melelahkan dari akoya tiram mutiara. Mutiara ini dibuat oleh pertahanan tiram terhadap iritasi alam (shell, fragmen, parasit),
melepaskan lapisan demi lapisan halus untuk membungkus objek, dan akhirnya
mengeras dan berubah menjadi mutiara. Negara produsen jenis mutiara ini adalah Jepang
Dan China.
Mutiara Hitam (Black Pearl)
Berbeda dengan mutiara pada umumnya, mutiara black pearl
ini berwarna hitam seperti namanya, meskipun demikian mutiara black pearl tetap
berkilau dan memiliki daya tarik tersendiri bagi para pecintanya. Mutiara ini
juga biasanya disebut dengan mutiara Tahiti karena negara produsen mutiara ini
dari negara Tahiti.
Mutiara Air Tawar (Fresh Water Pearl)
Mutiara ini tercipta dari dua jenis moluska yaitu satu
lebih suka hidup di air tawar sementara yang lainnya lebih suka di laut.
Moluska air tawar yang dibudidayakan menggunakan teknik yang sama dengan
variasi air dan garam. Tidak butuh waktu lama untuk menghasilkan mutiara jenis
ini, kita hanya menunggu antara enam sampai dengan delapan bulan. Negara produsen
mutiara jenis air tawar adalah China.
Indonesia sendiri
memproduksi mutiara laut selatan (South Sea Pearl) yang dihasilkan dari kerang
mutiara bibir emas/perak, yaitu kerang Pinctada Maxima baik yang alami maupun
hasil budidaya. Dengan ukuran yang besar dapat mencapai 22 mm dan kilauannya
yang khas. Membuat mutiara South Sea Pearl menjadi salah satu jenis mutiara
primadona yang terbesar dan termahal di dunia. Bahkan, jenis produsen South Sea
Pearl untuk varietas silver dan golden ini bisa hidup di seluruh perairan di
Indonesia. Budidayanya tersebar di beberapa daerah, yaitu Bali (Buleleng,
Karang Asem, Negara), NTB (Lombok, Sumbawa), NTT (Labuan Bajo, Maumere,
Laruntuka, Alor, Kupang), Sulawesi (Manado, Bitung,Sulawesi Tengah, Kendari),
Maluku (Aru, Seram, Banda, Tual, Tanimbar), Maluku Utara (Halmaherah), Papua
Barat (Raja Ampat), Sumatera (Lampung) dan Jawa (Banyuwangi, Madura).
Sementara, di Filipina hanya di bagian selatan (Kep.Palawan) dan Australia
hanya di Utara-Barat (Perth/Broome).
Perjalanan dan
proses yang tidak sebentar untuk menghasilkan sebuah mutiara yang cantik dan
sempurna. Setidaknya, membutuhkan waktu yang begitu lama untuk memperoleh satu
biji mutiara dengan kualitas baik. Hal inilah sebab, mengapa harga mutiara
begitu mahal, mengingat panjangnya proses serta tidak mudah perjalanan yang
harus dilalui untuk bisa mencapai kategori mutiara sempurna. Selain itu, menurut
bebarapa pengusaha dan para pembudidaya mutiara, kondisi dan kualitas air
seperti dasar perairan, kedalaman, arus air, salinitas, suhu, kecerahan, dan
kesuburan perairan juga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan, ukuran, dan
kualitas mutiara. Di mana berdasarkan penelitian semakin dalam letak tiram yang dipelihara,
maka kualitas mutiara yang dihasilkan akan semakin baik.
Ada 5 (lima) hal
yang perlu kita ketahui dalam menentukan kualitas dari suatu mutiara. Apalagi
bagi kita yang gemar membeli mutiara terutama Indonesian South Sea Pearl ya.
Beberapa faktor yang berpengaruh diantaranya adalah luster/kilauan (high,
medium, low), permukaan, bentuk (drop, over, round/near round, button,
baraouge, ring/circle, trapesium, triangle), warna (silver/golden), ukuran
(keshi sangat kecil 8-9 mm, our size 10-14 mm, big size > 16 mm) dan harga.
Mutiara merupakan
salah satu produk kelautan dan perikanan yang mendapat perhatian penuh dari Kementerian
Kelautan dan Perikanan Indonesia. Berikut ini adalah upaya-upaya
pemerintah dalam melindungi produsen mutiara Indonesia diantaranya, Pembangunan
Broodstock Center Kekerangan di Karang Asem Bali, Membangun Rumah Mutiara
Indonesia sebagai pusat promosi pemasaran dan lelang mutiara, pembentukan dan Penguatan
Sub Komisi Mutiara Indonesia (SKMI), Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (ASBUMI)
dan Yayasan Mutiara Laut Indonesia (YMLI). Mendorong terbitnya Standar Nasional Indonesia
(SNI) mutiara, dan menerbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 8
tahun 2013 tentang Pengendalian Mutu Mutiara yang masuk ke dalam wilayah Negara
Republik Indonesia.
Serta menyelenggarakan Indonesian Pearl Festival yang
merupakan pameran mutiara terbesar di Indonesia. Indonesia Pearl Festival
adalah salah satu strategi branding Indonesian South Sea Pearl yang ditawarkan
pemerintah khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan guna mengenalkan,
memberikan edukasi dan menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap Indonesian
South Sea Pearl (ISSP) melalui pameran, talk show, dan peragaan perhiasan
mutiara.
Tetapi, Apakah hal
tersebut sudah cukup untuk menjaga mutiara laut selatan Indonesia tetap
berkilau di mata dunia ? Tentu, belum . . .
Masih banyak sekali
permasalahan yang harus dibenahi oleh negara Indonesia diantaranya:
Pertama, Masalah
Budidaya Mutiara Laut Selatan Indonesia
Pengetahuan yang
masih minim, yang dimiliki masyarakat Indonesia tentang budidaya mutiara tentu
menjadi kendala, apalagi ditambah masih banyaknya orang-orang asing yang
melakukan budidaya mutiara di perairan Indonesia dan sedikit sekali yang mempekerjakan
warga-warga lokal pribumi. Modal usaha budidaya yang tinggi, standar kualitas
mutiara yang belum jelas, harga mutiara yang tidak menentu, juga adanya mutiara
imitasi, mutiara tiruan, atau buatan serta manik-manik yang masuk dan
diperdagangkan di wilayah Republik Indonesia yang tentu saja sangat merugikan terhadap
citra bagi Indonesian South Sea Pearl (ISSP) itu sendiri.
Untuk itu
pemerintah diharapkan lebih tanggap dalam memberikan pelatihan budidaya mutiara
secara lengkap, dan memberikan bantuan modal kepada para pembudidaya mutiara Indonesia
sebagai pemacu dan penyemangat para pembudidaya untuk meningkatkan produk mutiara
di Indonesia. Serta meningkatkan pengawasan terhadap produk-produk mutiara
ilegal yang masuk dan diperdagangkan di wilayah Republik Indonesia.
Kedua, Masalah
Kualitas Mutiara Laut Selatan
Tidak adanya
sertifikasi mutiara dari pemerintah membuat kualitas mutiara Indonesia selalu
di bajak oleh negara-negara lain yang mengklaim memiliki hasil mutiara yang
sama berkualitasnya dengan Indonesia. Hal ini terjadi karena tidak adanya
lisensi atau sertifikat global dari kualitas Mutiara Laut Selatan Indonesia
menyulitkan bagi para konsumen dan kolektor yang ingin memperdagangkan kembali
mutiara tersebut.
Untuk itu,
pemerintah perlu melakukan peninjauan terhadap penetapan lisensi global sebuah
mutiara sehingga harga dan kualitas mutiara dapat terukur bukan lewat persepsi
masing-masing individu atau perusahaan.
Ketiga, Masalah
Promosi Mutiara Laut Selatan Indonesia
Kurangnya promosi
yang dilakukan pemerintah Indonesia, ditambah banyaknya ekspor dan impor
mutiara ilegal serta minat masyarakat Indonesia yang masih kurang tanggap
terhadap perkembangan dunia pemutiaraan menjadi penyebab, mengapa kita banyak
yang belum mengetahui bahwa dunia pemutiaraan bisa menjadi penyumbang devisa
andalan bagi Indonesia di masa depan. Apalagi mutiara adalah salah satu
aktivitas laut yang memiliki potensi berkelanjutan dan ramah lingkungan. Hasil budidaya mutiara yang dapat menghasilkan beberapa produk yang memiliki
nilai jual yang sangat tinggi diantaranya adalah perhiasan wanita seperti
cincin, kalung, anting, gelang, dan hiasan kepala.
Kita dapat belajar dari
perancang busana wanita seperti desainer Anniesa Hasibuan yang baru saja sukses
memamerkan koleksi terbarunya yang bertajuk Pearl Asia di Coute Fashion Week
2016. Anniesa menampilkan gaun-gaunnya yang indah, terinspirasi dari busana
putri kerajaan di cerita dongeng, dengan hiasan mutiara dari laut selatan. Ini merupakan
bukti bahwa tampil di ajang berskala internasional adalah salah satu bentuk Anniesa
dalam memotret pembangunan Indonesia sekaligus mempromosikan mutiara laut
selatan dari negara kita. Harapannya,
Indonesia akan terus menjadi negara terbesar penghasil mutiara laut selatan dan
seluruh masyarakat semakin cinta dan bangga terhadap sumber daya alam
Indonesia.
Sumber : life.viva.co.id
Sehingga, memotret
pembangunan Indonesia tidak bisa diukur hanya dengan kita menilai dari satu
sisi saja. Kita harus memakai kaca mata kuda menatap kedepan bahwa pembangunan
Indonesia tidak hanya tanggung jawab pemerintah pusat, tetapi pemerintah
daerah, pihak swasta serta seluruh lapisan masyarakat harus turut serta
memberikan kontribusi untuk kemajuan bangsa. Tidak ada lagi kata saling menyalahkan,
sebab kita berjalan, berdampingan dan bergandengan tangan supaya jangan ada lagi
dusta diantara kita, Indonesia.